Dec 5, 2009

Gigi Emas Nenek

Hari masih pagi sekali. Udara masih bersih dan segar. Terdengar nyanyian burung yang merdu dan suara kucing meminta makan. Ayam jantan berkokok dengan kekarnya. Rumput-rumput masih berembun. Udara pagi yang dingin menusuk tubuh.
Sebenarnya Winni masih ingin tidur, tapi sebuah cahaya telah menyilaukan matanya. Ketika, Winni terbangun dari mimpinya, Winni terkejut. Winni melihat perkumpulan gigi-gigi emas yang sedang berbaris sebagaimana seorang prajurit. Setelah Winni, benar-benar sadar. Mata Winni menangkap sebuah sosok seorang nenek yang tersenyum sambil memamerkan gigi emasnya, dan ternya sebuah sosok tersebut adalah neneknya sendiri. Winni melompat dari tempat tidurnya dan langsung memeluk neneknya.
"Nenek.... Gigi baru nie...", celoteh Winni sambil tertawa. Maklum, nenek Winni adalah nenek yang gaul. Nenek Winni juga bisa berbahasa gaul. Setiap Winni bertemu neneknya, Sekali-kali Winni bercakap-cakap menggunakan bahasa a sampai z dengan neneknya.
"Nek, ke Minimarket yuk, pinta Winni sambil menunjukkan wajah dengan mimik ingin dikasihani. Karena neneknya memiliki rasa kasihan yang mendalam, akhirnya nenek membawa Winni ke Minimarket.
Sesampainya di Minimarket, Winni langsung memilih-milih barang yang disukainya. "Winni, mau beli yang ini, yang ini juga, yang itu juga, yang di pojok kanan juga, yang di pojok kiri juga...", hampir semua tempat ditunjuk Winni. Winni tidak sadar bahwa tumpukan barangnya sudah setinggi anak gajah. "Dan terakhir ini", Winni memberhentikan suaranya sambil terlihat puas.
"Oh, iya, ini untuk nenek", sahut Winni. Diberikannya sebungkus permen karet rasa jeruk ke neneknya. "Oh... permen karet kesukaan nenek, rasa jeruk kesukaan nenek", kata nenek sambil sedikit terharu. "Untung sekarang nenek punya gigi emas palsu, nenek bisa mengunyah-ngunyah permen karet kesukaan nenek, gak seperti dulu, dulu nenek hanya bisa menghisap-hisap permen karet itu, sebagaimana menghisap permen biasa", kata Winni dengan panjang lebar.
Winni dan nenek pun pulang ke rumah. Ketika kaki Winni menyentuh lantai, Winni mendengar sebuah jeritan. Ternyata itu adalah jeritan Bi Kia. Winni dan neneknya segera menemui Bu Kia untuk menanyakan apa sebab Bu Kia menjerit.
"Kenapa menjerit Bi", tanya Winni penasaran. "Caca, Ra... Adikmu...", jawab Bi Kia sambil ketakutan. "Kenapa dengan Caca", Bi ? tanya Winni lagi. Tadi Bibi lihat di dapur, ada hantu kecil yang mirip Caca, jawab Bibi lagi. Belum sempat Winni berkata, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh sebuah suara. "Hi...hihihihihi...", suara hantu kecil itu. I... i... itu Win, hantu ke..cil yang bibi bi...lang, sahut bibi sambil terputus-putus. Tiba-tiba, nenek menunjukkan muka seramnya sambil memamerkan gigi taring emasnya. "Ampun... ampun, nggak nyangka bisa bertemu hantu bergigi emas betulan...", sahut hantu kecil itu.
"Caca....", sahut Winni, nenek dan bibi sambil sedikit menjerit. "Hahahahaha... maaf, kak, Cacakan hanya ingin usil sedikit, oh,iya, Caca kira nenek betul-betul hantu lo...", jawab Caca sambil tertawa geli. Winni, nenek, dan Bibi pun akhirnya juga ikut tertawa. Itu adalah kejadian yang paling menyenangkan bagi Winni.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...