Hari masih pagi sekali. Udara masih bersih dan segar. Terdengar nyanyian burung yang merdu. Ayam jantan berkokok dengan kekarnya. Rumput-rumput masih berembun. Udara pagi yang dingin menusuk tubuh.
Seekor kancil terbangun dari tidurnya. Kancil merasa takut dan gelisah. Kancil segera beranjak untuk pergi ke tepi sungai. Di tepi sungai, kancil mengambil air untuk mencuci matanya yang bengkak. Kancil baru ingat apa sebab matanya bengkak. Ternyata, semalaman, kancil menangis. Kancil teringat pada ibunya. Kemarin kancil tersesat dari rombongan keluarganya.
Kancil merasa takut karena kancil merasa sendirian. Tiba-tiba, kancil terpeleset jatuh ke sungai.
"Tolong... tolong... tolong aku...", teriak kancil.
Seekor rusa yang sedang berjalan-jalan di tepi sungai terkejut. Rusa mandengar sebuah suara. Rusa segera mancari sumber suara itu.
"Siapa di sana ?", teriak rusa.
"Aku kancil, tolong aku...", teriak kancil dengan nafas terengah-engah.
Rusa menemukan seekor kancil yang hampir tenggelam. Rusa segera mengambil batang kayu yang patah dan segera menghanyutkan kayu tersebut ke arah kancil. Kancil segera meraih kayu tersebut dan kancil mengapung di atas air dengan bantuan kayu. Rusa segera menolong kancil dengan seluruh kekuatannya.
"Terima kasih, rusa, aku sangat berhutang budi kepadamu", sahut kancil dengan lemasnya.
"Sama-sama kancil, lain kali, kamu hati-hati ya...", sahut rusa.
"Rusa, maukah kau menemaniku untuk mencari ibuku ? Aku tersesat dari rombongan keluargaku, aku sangat kesepian, aku juga kangen sekali dengan ibuku...", pinta kancil.
"Aku mau kancil, mulai sekarang kita akan menjadi sahabat sejati, sahut rusa menerima pinta kancil yang sekarang menjadi sahabat sejatinya.
Rusa dan kancil pun melosok hutan bersama-sama untuk mencari ibunya. Akhirnya, kancil bertemu dengan ibunya. Kancil menangis bahagia di dalam pelukan ibunya. Kancil dan ibunya saling melepas rindu. Ibunya sangat berterima kasih kepada rusa. Rusa yang sebatang kara, akhirnya, tinggal bersama kancil dan keluarganya.
No comments:
Post a Comment