Feb 27, 2010

Majalah Desty

”Hoamm... Enaknya tidur semalam”, Rini menguap.
”Rini... Bangun ntar telat ke sekolah”, Mom menegur dari luar kamar Rini.
”Baik Mom”, Rini bergegas ke kamar mandi. Di ambilnya handuk bermotif bebek kesukaannya. Setelah mandi, Rini berpakaian dan sholat Shubuh. Selesai sholat, Rini berdoa dan berlari ke dapur. Diambilnya sepotong roti dan dioleskannya selai stroberi di atasnya. Stroberi adalah buah kesukaannya.
”Mom, aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum...”, Rini mengucap salam.
”Waalaikumsalam... Hati-hati ya anak”, Mom menjawab salam Rini.
Rini tidak menyahut lagi. Karena bis sekolahnya hampir sudah datang. Sebelum menaiki bis, Rini melihat sesuatu di dalam kotak suratnya. Tetapi Rini tidak mempedulikannya. Rini terus melangkahkan kakinya masuk ke dalam bis. Bis pun berangkat. Di dalam bis, Rini duduk di samping sahabat karibnya, Yola.
”Hai... Yola. Mimpi apa semalam ? Kok pagi ini rasanya mukamu cerah banget deh..., Rini heran.
”Hah... Emang setiap hari muka aku cerah, kok. Oh, ya mau tau kenapa muka aku lebih cerah dari biasanya ?, tanya Yola.
”Yep... kenapa nih. Kasih tau dong, sama sahabat karibmu”, Rini penasaran.
”Begini ni... Tadi pagi, di kotak suratku ada sesuatu. Mumpung bisnya belum datang. Jadinya, aku lihat-lihat dulu. Dan ternyata di dalamnya ada sebuah majalah yang berjudul Desty. Karena penasaran, aku membacanya. Aku lihat di situ, ada tips diet. Yah... Jadinya muka aku makin cerah sekarang, kalo membayangkan nanti aku langsing”, Yola yang gendut ternyata senang sekali karena telah mendapatkan tips diet dari majalah Desty.
”Wah... pantesan tadi pagi, aku lihat ada sesuatu di dalam kotak suratku. Mungkin itu majalah Desty”, Rini senang.
”Kata Momku, majalah Desty itu gratis untuk Komplek kita. Majalah Desty biasanya terbit setiap seminggu sekali”, sahut Yola.
”Wah... yang benar ? Jadi penasaran deh, pingin cepat-cepat baca. Oh, ya... aku tunggu ya kelangsingan tubuhmu. Haha..., celoteh Rini sambil tertawa.
”Haha... kamu bisa aja deh...”, sahut Yola.
Setelah beberapa menit di dalam bis, Rini dan teman-temannya turun dari bis menuju sekolahnya. Sekolahnya yang bernama Internasional School sangat populer. Rini menggandeng Yola, dan berjalan menuju kelas 3-5. Kelas 3-5 adalah kelas inti. Rini yang pintar duduk di barisan paling depan, dan ditemani Yola di sampingnya. Tiba-tiba, Putri, anak yang paling imut di kelasnya mendekat.
”Rin, Yol... sudah baca majalah Desty nggak tadi pagi”, tanya Putri sambil tersenyum ceria.
”Mmm... kalo aku belum, tapi Yola sudah”, sahut Rini membalas senyuman Putri.
”Yol, apa yang menurutmu menarik di majalah Desty itu ?, tanya Putri.
”Di majalah Desty itu, aku dapat tips diet. Kalo kamu ?, Yola tertawa kecil.
”Haha... Kalo aku dapat tips kecantikan”, sahut Putri.
”Hah... Tips kecantikan ? Wah... Aku mau bacalah, siapa tau jerawat di mukaku bisa hilang dan kulitku mulus kembali”, Rini gembira.
”Jerawat ? Mana jerawatmu ?”, tanya Yola dan Putri bersamaan.
”Di sini ni...”, Rini malu. Ternyata jerawatnya yang kecil tertutup oleh jilbabnya.
”Gak usah malu tau, aku juga punya”, sahut Putri.
”Aku juga. Nih, ada di dahiku”, Yola tersenyum.
”Hahahaha...”, tawa mereka bersamaan.
Ternyata bel masuk pun berbunyi. Putri yang mendatangi kursi Rini dan Yola, duduk ke bangkunya sendiri. Mrs. Erni pun datang dan mengajarkan pelajaran B. Inggris.
Setelah semua jadwal telah di ajarkan guru-gurunya. Rini dan teman-temannya pulang sekolah. Hari ini, Rini sengaja minta di jemput oleh Momnya. Karena dari tadi, Rini penasaran, ingin cepat-cepat membaca majalah Desty. Sesampai di rumah, Rini cepat-cepat turun dari mobil Kijang Innovanya dan berlari ke kotak surat. Ketika di buka kotak suratnya, Rini tidak menemukan apa-apa. Rini bertanya kepada momnya. Ternyata momnya sudah mengambil majalah Desty tadi pagi dan membacanya. Rini cepat-cepat ke ruang santai dan mengambil majalah Desty. Dibawanya majalah Desty ke kamarnya. Sesampai di kamar, Rini mengunci kamarnya dan membaca majalah Desty di atas kasurnya.
”Mmmm... mana ya tips kecantikannya”, Rini membolak-balik majalah Desty miliknya.
”Ini dia... Halaman 20, Mana ya tentang jerawat”, tanya Rini kepada diri sendiri.
”Mmm... Akhirnya dapat juga. Aku mulai baca deh, jerawat tidak boleh disentuh. Gak boleh ya ? Padahal tiap hari aku nyentuh jerawat aku sendiri”, Rini nyengir sendiri.
Setelah beberapa jam, Rini membolak-balik majalahnya. Rini merasa lelah dan tertidur di atas kasur bergambar stroberi kesukaannya. Beberapa hari, Rini menuruti tips kecantikan majalahnya. Jerawatnya mulai sembuh. Rini sangat senang. Pada hari Sabtu yang libur, Rini mengajak Yola shopping di Mall. Rini janji ketemuan di samping Minimarket dekat Mall pada jam 08.00 pagi.
”Yola, kok datangnya lama banget sih. Inikan sudah lewat 15 menit. Biasanya kan, kalau ada janjian. Pasti aku yang telat ”, Rini ngomong sendiri.
”Hai, Rini. Maaf ya, aku telat. Habisnya kamu ngajak aku, waktu aku baru bangun tidur sih”, sahut Yola.
”Gak apa-apa, kok. Eh, kayaknya Yola sudah agak kurusan deh...”, Rini heran.
”Yah, ketahuan deh. Aku sudah coba diet. Alhamdulillah, hasilnya menggembira kan”, sahut Yola senang.
”Baguslah, kalau begitu. Yuk, kita ke mall”, sahut Rini.
”Eh... tunggu dulu. Kayaknya jerawatmu juga sudah hilang, deh”, sahut Yola.
”Hahaha... Akhirnya kamu sadar juga. Iya nih, Alhamdulillah jerawat aku sudah sembuh”, sahut Rini senang pula.
”Aku jadi senang, deh. Yuk, ke mall”, Yola menggandeng tangan Rini.
Di dalam mall, Rini yang sudah lama tidak bermain Timezone mengajak Yola bermain mainan yang digemarinya. Rini dan Yola mencoba-coba permainan yang sangat mereka sukai. Rini dan Yola banyak mendapatkan tiket dan menukarnya dengan dua buah boneka yang berwarna hijau. Rini dan Yola menyimpannya sebagai tanda bahwa Yola adalah teman sejati bagi Rini dan Rini adalah teman sejati bagi Yola. Sesudah puas di dalam mall, Rini dan Yola pulang dengan rasa gembira. Sesampai di rumah, Rini dikejutkan oleh sebuah suara yang ternyata suara momnya yang sedang terkejut. Mom menutup telepon dan duduk di sofa sambil termenung. Rini menghampiri momnya yang sedang termenung.
”Ada apa, Mom. Kok tampaknya terkejut”, Rini penasaran.
”Begini Rin, kata Dad kita semua akan pindah ke Amerika. Karena Dad telah mendapatkan pekerjaan di sana”, sahut Mom menjelaskan.
”Apa... kita akan pindah ke Amerika. Tapikan Rini sudah betah di sini dengan teman-teman Rini termasuk Yola”, Rini sedih.
”Iya, Mom tau. Mom juga sedih berpisah dengan ibu-ibu di komplek ini. Tapikan semua sudah kehendak Allah. Kita juga harus mengikuti ke mana Dad pergi”, Mom menasihati Rini yang sedih.
”Baiklah, Mom. Rini akan menuruti semua perkataan Mom dan Dad”, sahut Rini sambil pergi berlalu.
Di dalam kamar Rini menangis mengeluarkan air matanya. Rini sedih akan berpisah dengan teman-temannya. Rini dan Yola pun sudah berteman sejak kecil. Rini sedih akan meninggalkan Yola, dan tidak bisa membuat kenang-kenangan dengannya lebih banyak lagi. Tetapi Rini sadar, semua itu hanya kehendak Allah. Rini akan mengikuti ke mana Mom dan Dadnya akan pergi. Keesokan harinya, tepat pada hari Minggu. Rini meminta Yola bertemu lagi, di taman di samping rumahnya pada jam 17.00 sore. Yola pun menyetujuinya tanpa mengetahui apa tujuan Rini memanggilnya.
”Rin, ada apa sih”, Yola menghampiri Rini yang menggandeng tas kecilnya.
”Yol, maaf ya. Mungkin ini hari terakhir kita bertemu”, sahut Rini yang matanya berkaca-kaca karena ingin menangis.
”Astagfirullah, kenapa Rin ? Kamu mau ke mana ? Kamu gak akan ninggalin akukan”, sahut Yola yang sudah mengalirkan air mata.
”Kata Mom, Dad akan bekerja di Amerika. Jadi, kami sekeluarga akan pindah ke Amerika”, Rini tidak bisa menahan tangis.
”Ya Allah, apakah kita akan berpisah Rini”, Yola memeluk Rini yang sudah terurai air mata.
”Maafkan aku, Yola. Jagalah boneka kodok hijau itu. Itu adalah tanda persahabatan kita untuk selamanya. Jangan lupakan aku”, Rini memeluk Yola erat-erat.
Mereka pun berpeluk seakan tidak ingin dilepaskan. Karena hari hampir Magrib, Rini dan Yola berpisah sambil melambaikan tangan berharap dapat bertemu kembali. Sesampai di rumah, Rini mengemasi barang-barangnya dan turun ke bawah untuk makan malam terakhir di Indonesia. Sesudah makan, Rini, Mom dan Dad membawa turun kopernya ke bawah dan pergi ke bandara. Pesawat yang akan berangkat ke Amerika pun tiba. Rini melangkahkan kaki ke pesawat dengan perasaan berat. Pesawat akhirnya berangkat. Yola yang rumahnya dekat dengan bandara, melihat pesawat yang terbang ke Amerika. Yola melepas kepergian Rini, dengan perasaan yang berat. Beberapa tahun, telah Rini lewati di Amerika. Rini yang menginjak usia 17 tahun, terlihat sangat dewasa. Tiba-tiba, HP Rini berdering. Dilihatnya nomor HP tersebut. Tetapi Rini tidak mengenalinya. Diangkatnya telepon dan Rini mendengar suara seorang perempuan yang terlihat dewasa. Ternyata adalah sahabat kecilnya sendiri yaitu Yola. Rini sangat senang dapat mendengar suara Yola lagi.
”Assalamualaikum, Rini”, sahut Yola.
”Waalaikumsalam. Alhamdulillah, ini Yolakan”, sahut Rini.
”Iya, senang banget rasanya dapat mendengar suaramu. Walaupun kita berpisah, kita bisa saling melepas rindu ketika kita berbicara lewat telepon”, Yola sangat senang.
”Iya. Kangen banget rasanya, pingin ketemu sama Yola. Apa kabar Yola ? Kalau aku di Amerika, Alhamdulillah sehat”, Rini ingin tahu kabar Yola.
”Alhamdulillah, aku sehat”, sahut Yola.
”Oh, ya, Yola dapat dari mana nomor HP aku”, tanya Rini.
”Masih ingat majalah Destykan. Aku tetap langgan sama majalah Desty. Kalau gak salah, kamu ada kirim pengalaman gitu ke majalah Desty tentang kita berdua. Kamu harap aku dapat membacanya dan menelepon kamu. Ya kan ?”, Yola menjelaskan.
”Oh, iya ya. Aku di sini juga masih langganan majalah Desty, loh... Teman-temanku di Amerika ternyata juga berlangganan majalah Desty. Katanya majalah Desty buatan Indonesia sangat terkenal di luar negeri”, Rini senang.
”Wah, salam ya buat teman-temanmu dan orang tuamu di Amerika”, Yola menitip salam.
”Oke”, sahut Rini.
”Hahahaha...”, mereka tertawa bersamaan.
Dari hari kehari, mereka sering saling menghubungi lewat telepon. Kadang mereka curhat dan menceritakan tentang negara mereka masing-masing. Mereka sangat senang masih saling berhubung lewat telepon. Mereka juga tetap setia dengan majalah Desty. Mereka pasti menunggu-nunggu dari minggu ke minggu berharap majalah Desty segera datang. Boneka kodok hijau itu masih menjadi lambang persahabatan sejati mereka hingga akhir hayat.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...