”Wah, besok Bu Daini ulang tahun”, sahut Rini kepada Cahya, Tania dan Unny.
”Kasih apa, ya”, tanya Cahya sambil berpikir.
”Mmm… Bagaimana kalau kita kasih sebuah jam”, tiba-tiba Rini mendapatkan sebuah ide.
”Wah, ide yang bagus”, sahut Tania.
”Iya... Bagaimana kalau kita kumpulkan uang dari teman-teman kita sekelas”, Unni menjelaskan.
”Iya, nanti kita bilang ke teman-teman, kalau uang yang kita kumpulkan, untuk membeli sebuah jam yang kita sekelas hadiahkan untuk Bu Daini”, sahut Rini senang.
”Oh, ya. Ngomong-ngomong, kemarin aku ke toko jam. Terus, aku lihat ada sebuah jam yang indah banget. Mungkin jam itu cocok buat Bu Daini”, Cahya memberitahu.
”Boleh juga, tuh. Nanti Cahya aja yang beli sekalian Cahya yang bungkus”, Tania memberitahu Cahya.
”Oke. Yuk, kita ke kelas”, Unny mengajak Rini, Unny dan Tania.
Mereka pun meninggalkan taman dan memasuki kelas mereka. Cahya pun menjelaskan ide mereka berempat kepada Raina. Raina pun menyampaikan ide mereka kepada teman-teman sekelas. Tidak disangka, ternyata teman-teman setuju akan ide mereka berempat dan mulai mengumpulkan uang ke bendahara yaitu Rini. Setelah semuanya mengumpulkan uang, Rini mulai menghitung berapa uang yang didapatkan. Selesai menghitung Rini menyerahkannya uang tersebut kepada Cahya. Cahya pun menyimpan uang tersebut baik-baik sampai Cahya pergi ke toko jam. Keesokan harinya, Cahya yang membawa bungkusan kado yang berisi jam langsung dikerumuni teman-temannya.
”Cahya, model jamnya seperti apa ?”, tanya Rini penasaran.
”Yang ini, nih. Indahkan. Oh, ya, teman-teman, jadi kemarin sisa uang yang sudah melebihi harga jam. Cahya masukkan ke kotak amal”, Cahya menunjukkan kertas yang bergambar jam yang Cahya pilih dan memberitahu teman-temannya yang Cahya kerjakan pada uang sisa tersebut. Cahya pun menunjukkan kertas yang bergambar jam pilihan Cahya kepada Nayla.
”Wah, cantik sekali”, sahut Nayla yang berbahasa baku.
”Iya, modelnya bukan model jaman, tapi model terbaru”, Mika kagum melihat kertas yang bergambar jam yang Cahya pilih.
Kriiing...
”Wah, lonceng sudah berbunyi. Yuk, kita duduk di bangku masing-masing. Sebentar lagi Bu Daini datang”, sahut seorang ketua kelas memperingati yaitu Nafar.
”Assalamualaikum. Berdoa mulai”, sahut Bu Daini seperti biasa.
”Waalaikumsalam”, sahut mereka semua serentak.
Mereka pun berdoa bersama-sama. Selesai berdoa, Bu Daini duduk di kursinya dan menatap semua anak-anak.
”Pak”, Vidi menyahut memberanikan diri.
”Ya, ada apa Vidi”, Bu Daini mempersilahkan Vidi bicara.
Vidi mengangguk kepada Raina dan membiarkan Raina berbicara.
”Begini, Bu. Jadi, hari inikan hari ulang tahun ibu”, Raina lanjut menggangguk kepada Rini.
”Kami sekelas ingin memberikan ibu sebuah hadiah yang sederhana”, Rini, Raina, Nafar dan Vidil pun maju ke depan. Rini dan Raina menyerahkan sebuah bungkusan kado kepada Bu Daini.
”Terima kasih, anak-anak telah mengingat hari ulang tahun, ibu. Boleh ibu buka ?”, tanya Bu Daini.
”Boleh, Bu”, jawab mereka semua serentak.
Bu Daini pun membuka bungkusan kado tersebut dan melihat jam yang indah. Bu Dani sangat senang dan mengucapkan terima kasih kepada anak-anak. Teman-teman pun menyalami Bu Daini. Bu Daini menyalami anak-anak muridnya tercinta satu persatu. Mereka pun memulai pelajaran IPS dengan mengucap basmallah dan diikuti tawa ceria di pagi yang cerah ini.
No comments:
Post a Comment